Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Akad

Munculnya lagu "Akad" yang merupakan karya dari salah satu band indie yang tengah naik daun Payung Teduh seakan membawa euvoria tersendiri bagi kalangan muda. Disini saya ingin bercerita bukan tentang lagu ini, melainkan tentang satu kata pendek yang menjadi judul dari lagu ini. Yah, "Akad" kata pendek, kecil, namun penuh makna. Bicara akad adalah bicara tentang prosesi utama dalam sebuah pernikahan. Pernikahan, yah inilah yang menjadi permasalahan kian merebak dikalangan remaja. Kini pernikahan seolah-olah bukan lagi sesuatu yang sakral, melainkan sesuatu hal yang dijadikan bahan perlombaan. Ketika kerabat dekat kita menikah duluan, pasti bakal banyak yang tanya balik ke kita tentang kapan kita nyusul. Fenomena ini sangat begitu ketara di lingkungan kita. Dalam hati kecil ini bertaya, "Emang nikah itu balapan yah?". "Kenapa sih kamu belum nikah?" "Menikah itu ga harus make duit, yang penting pakai cinta" ...and blaa blaa bla bl

Mari Bicara

Terkadang sebuah masalah timbul bukan hanya karena hal fatal semata. Melainkan bisa terjadi pula karena adanya kesalah  fahaman yang ada. Apa yang menimbulkan sebuah masalah seringkali timbul karena hal yang kecil namun seolah terinterpretasikan menjadi hal yang teramat besar. Hingga sampai saat ini, terlalu banyak orang yang terus berkutat pada sebuah masalah yang seharusnya tidak terjadi. Dikarenakan sebenarnya masalah yang timbul seyogyanya masih bisa di selesaikan dengan mudah. Komunikasi adalah sebuah kunci yang teramat sering terlupakan. Terkadang komunikasi bisa saja disalah arti, hingga tumbuhlah apa yang disebut dengan masalah. Merangkai kembali benang yang kusut. Membenahi kembali ikatan yang telah beroyak seakan memang membutuhkan waktu dan kejelian tertentu hingga menghasilkan sebuah jalan. Terlalu gengsi untuk sekedar mengalah atau mengakui kesalahan biasanya menjadi sebuah kendala. Teramat sulit jika sebuah benang kusut terurai kembali dengan sebuah adanya rasa naif da

Mount of Dream

Dalam merangkaikan berjuta impian terkadang kita akan mengalami banyak sekali lika-liku yang teramat melelahkan. Membutuhkan adrenalin yang teramat menguji mental kita. Melangkah maju ataukah malah mengambil arah mundur. Maju dengan sebuah konsekuensi yang ada, dengan siap untuk mampu mengatasi segala rintangan yang ada. Bukan hanya menjalar pada sebuah arus yang ada. Melainkan kita harus mampu menempuh masa yang teramat panjang dan sulit.  Bilamana kita mampu menempuh arus yang teramat sulit, deras dan bahkan terlalu membahayakan bagi diri kita, maka sebuah buah manis dari semua itu akan bisa didapatkan dimasa yang kita sendiri tidak tahu kapan datangnya. Namun apabila kita mengambil langkah untuk berhenti melangkah dan memilih untuk mengambil arah mundur, maka kita takan pernah bisa menikmati apa yang disebut dengan buah manis kehidupan.

Kami Tak Bisa Dibeli

Dunia ini seakan hanya milik orang-orang yang bisa berkuasa. Berkuasa karena pangkat, jabatan, dan kekayaan. Bumi seolah bisa diputar seenaknya, dimainkan sekenanya. Semua seolah harus tunduk kepada nya. Dunia seisinya seolah-olah semua bisa dibeli dengan omongannya. Namun yakinlah, bahwa didunia ini masih ada satu hal yang tak mungkin bisa dibeli. Satu hal itu adalah kebahagiaan. Siapapun memang bisa menikmati kekayaannya, namun ia belum tentu bisa menikmati kebahagiaannya. Dalam otaknya hanya akan ada uang, uang, dan uang. Menurutnya kebahagian bisa terbayarkan dengan uang. Namun persepsi tersebut adalah salah. Sekarang kita lihat bersama, bayangkan jika anda menjadi orang yang teramat kaya hingga anda bingung cara membuang uang anda. Namun disisi lain anda memiliki masalah yang serius. Istri anda terserang stroke, anak laki-laki anda meresahkan masyarakat. Dimana-mana membuat ulah, menimbulkan kerusuhan. Anak perempuan anda memiliki kehidupan yang glamor, hingga akhirnya menja

Dari Balik Jeruji Besi

Menelusuri lorong-lorong penuh ketegangan yang menyelimuti. Penuh dengan tatapan tajam dan penuh harap. Wajah garang senantiasa mewarnai setiap sudut. Tegap, kekar, dan seolah diri ini mangsa yang siap untuk diterkam. Inilah hidup dari balik jeruji besi. Kehidupan nyata bagi  seorang narapidana. Menurut kita jeruji besi seolah adalah sebuah tempat untuk menebus setiap kesalahan yang telah diperbuatnya. Namun tatkala orang yang mendekam didalamnya adalah orang yang harus menanggung kesalahan yang telah diperbuat orang lain, apakah ini masih dapat dikatakan jeruji besi. Mungkin apa yang kita presepsikan selama ini tentang penjara tidaklah 100% benar. Melainkan sebenarnya ada sisi lain dari apa yang disebut dengan penjara. Beberapa hari saya bertugas di tempat ini, berjalan di lorong ini, sungguh terasa inilah saatnya saya banyak belajar, sekolah, atau merenungi tentang hidup dari balik tempat ini. Ketakutanku saat awal mendengar kata Lapas, seolah begitu menguji adrenalin i