Langsung ke konten utama

Akad


Munculnya lagu "Akad" yang merupakan karya dari salah satu band indie yang tengah naik daun Payung Teduh seakan membawa euvoria tersendiri bagi kalangan muda. Disini saya ingin bercerita bukan tentang lagu ini, melainkan tentang satu kata pendek yang menjadi judul dari lagu ini. Yah, "Akad" kata pendek, kecil, namun penuh makna.

Bicara akad adalah bicara tentang prosesi utama dalam sebuah pernikahan. Pernikahan, yah inilah yang menjadi permasalahan kian merebak dikalangan remaja. Kini pernikahan seolah-olah bukan lagi sesuatu yang sakral, melainkan sesuatu hal yang dijadikan bahan perlombaan. Ketika kerabat dekat kita menikah duluan, pasti bakal banyak yang tanya balik ke kita tentang kapan kita nyusul. Fenomena ini sangat begitu ketara di lingkungan kita. Dalam hati kecil ini bertaya, "Emang nikah itu balapan yah?".

"Kenapa sih kamu belum nikah?"
"Menikah itu ga harus make duit, yang penting pakai cinta"
...and blaa blaa bla blaaa....

Yuk kita lihat suasananya yang terjadi. Ada teman saya yang sudah menikah begitu selesai ujian nasional, sebut saja dia "Wulan" (nama samaran lho). Dengan alasan karena cinta. Dalam hati kecil saya yang saat itu saya tengah menjadi kader PIK-R sangat kasihan sekali. Usia yang sangat belia, yang harusnya masih bisa berkarya terlebih dahulu. It's Ok...

Sebenarnya bukan karena masalah pribadi saya, atau rasa sakit hati atau karena dia mantan hingga saya menulisnya dalam cerita saya. Melainkan rasa kasihan yang teramat dalam, usia yang sangat belia dengan tingkat kedewasaan yang belum sepenuhnya dimiliki yang membuat hubungannya menjadi ruwet. Stop bahaa mantan, and jangan ada pertanyaan ini. Yah pernikahannya kandas ditengah jalan, tentunya bukan saya yang bikin kandas lho. Melainkan suaminya suka wanita lain, dan diam-diam si wulan juga sudah punya simpanan lain. Sungguh fenomena yang sangat jauh dari kata sakralnya Akad Nikah. Dan hingga kini si Wulan telah menikah sebanyak 4 kali dan memiliki anak 3 dari 4 suami.

Fenomena ke dua adalah kerabat saya sebut saja "Bangkit". Dulu dia menikah saat dia selesai kuliah D2 dan istrinya baru 1 tahun lulus SMA. Pada awal dia menikah Bangkit selalu memojokkan ku untuk segera menikah. Dia serasa bahagia sekali saat dia menikah. Namun berbeda sekali saat ku mencoba menemui dia saat ku tengah ada tugas diluar kota. Bangkit banyak cerita tentang masalah keluarganya yang kini mulai di rundu masalah. Dia cerita tentang istrinya yang masih selalu bersifat kekanak-kanakan.

Istrinya yang kurang perhatian sama dia. Tiap hari tak pernah lepas dari smartphone, tak pernah mau mengurus rumah, anak-anak seolah kurang perhatian dari istrinya, dan banyak masalah lain yang ia ceritakan. Dalam hati kecil saya teramat kasihan nasibnya. Seringkali ia berfikir untuk  bercerai, namun ia sangat memikirkan nasib anak-anaknya nanti dan akhirnya ia masih memilih untuk mempertahankan rumah tangganya.

Sebenarya menurut saya usia tak masalah, namun kedewasaan lah yang bermasalah dalam menjalin sebuah pernikahan. Ada yang usia muda belia menikah namun langgeng juga ada. Ada pula yang usia matang namun tetap berantakan ya ada juga. Inilah fenomenal ang terjadi dengan adanya pernikahan dini.

Banyak masalah yang membuat beberapa orang memilih jalan karir terlebih dahulu baru menikah. Beberapa orang punya alasan tersendiri, namun diantara alasan yang datang dari banyak curhat, cerita dan keluh kesah teman diantaranya adalah :

1. Yang satu siap menikahi, yang satu belum mau dinikahi.
2. Yang satu siap dinikahi, yang satu masih enggan menikahi.
3. Sudah siap dinikahi atau menikahi, namun sama siapa?.
4. Sudah ngebet nikah, tapi Kakaknya belum nikah (nasib adat Jawa).
5. Mau nikah tapi belum punya duit.
6. Masih belum kepikiran.
7. Masih mengejar karir.
8. Masih fokus kuliah.
9. Masih ingin sendiri.
10. Masih traumatik dengan hubungan orang tuanya, atau saudara terdekatnya.
11. Masih trauma karena ditinggal nikah kekasih. 
12. Dan banyak lagi deh....

Kalau kamu punya masalah yang mana, seperti apa?.
Setiap orang pasti punya alasan sendiri. Tapi kamu jangan tanya masalah si penulis yah. Saat kamu saya tanya, pasti kamu akan balik nanya "si penulinya punya masalah yang nomor berapa nih?".

Jawaban si penulis, adalah jawaban apa kata hatimu. Barangkali kata hatimu cocok sama kata hati si penulis.

_"EMBUH"_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gadis Bercadar

Matanya yang menatap dengan penuh pesona. Jilbabnya yang terjurai lebar hingga lengannya. Halus lembut bisik suaranya. Semua seakan membuat detakan dada yang mendesir. Ingin rasanya berbicara banyak dengannya, tapi malu rasanya diri ini tuk menyapanya. Namun hingga kini ku tak pernah melihat wajah utuhnya. Wajah indah yang mungkin melekat pada dirinya, ku tak pernah sekalipun menatapnya. Hingga kini ku hanya mampu melihatnya sebatas mata indahnya dan pelipisnya yang hitam merona. Semua itu karena ia adalah gadis bercadar. Bukan bercadarkan jilbabnya, namun bercadarkan balutan masker birunya.

Dari Balik Jeruji Besi

Menelusuri lorong-lorong penuh ketegangan yang menyelimuti. Penuh dengan tatapan tajam dan penuh harap. Wajah garang senantiasa mewarnai setiap sudut. Tegap, kekar, dan seolah diri ini mangsa yang siap untuk diterkam. Inilah hidup dari balik jeruji besi. Kehidupan nyata bagi  seorang narapidana. Menurut kita jeruji besi seolah adalah sebuah tempat untuk menebus setiap kesalahan yang telah diperbuatnya. Namun tatkala orang yang mendekam didalamnya adalah orang yang harus menanggung kesalahan yang telah diperbuat orang lain, apakah ini masih dapat dikatakan jeruji besi. Mungkin apa yang kita presepsikan selama ini tentang penjara tidaklah 100% benar. Melainkan sebenarnya ada sisi lain dari apa yang disebut dengan penjara. Beberapa hari saya bertugas di tempat ini, berjalan di lorong ini, sungguh terasa inilah saatnya saya banyak belajar, sekolah, atau merenungi tentang hidup dari balik tempat ini. Ketakutanku saat awal mendengar kata Lapas, seolah begitu menguji adrenal...

Sorry , Today I Win

Tidak selamanya mereka yang mengatakan pandai, mahir, dan mampu itu memang sama dengan apa yang ia katakan. Namun belum tentu yang ia katakan sesuai fakta. Pelajaran bagi semua dan khususnya untuk driku. Tak perlu sombong dan mengatasnamakan orang yang paling pandai. Namun buktikan dulu kemampuannya. Tak perlu banyak cakap yang terpenting adalah actionnya. Hari ini, ma'af, ku ingin katakan untuk yang ada disana, sorry , today I win