Inilah hidup dari balik jeruji besi. Kehidupan nyata bagi seorang narapidana. Menurut kita jeruji besi seolah adalah sebuah tempat untuk menebus setiap kesalahan yang telah diperbuatnya. Namun tatkala orang yang mendekam didalamnya adalah orang yang harus menanggung kesalahan yang telah diperbuat orang lain, apakah ini masih dapat dikatakan jeruji besi. Mungkin apa yang kita presepsikan selama ini tentang penjara tidaklah 100% benar. Melainkan sebenarnya ada sisi lain dari apa yang disebut dengan penjara.
Beberapa hari saya bertugas di tempat ini, berjalan di lorong ini, sungguh terasa inilah saatnya saya banyak belajar, sekolah, atau merenungi tentang hidup dari balik tempat ini. Ketakutanku saat awal mendengar kata Lapas, seolah begitu menguji adrenalin ini. Namun ternyata tidaklah benar. Disinilah ku masih bisa mendapatkan ketenangan dari lantunan ayat suci alqur'an dari balik jeruji besi. Disinilah ku melihat tentang ketekunan beribadah dari para napi. Disini ku masih bisa mendapatkan senyum keramahan para tahanan yang ada.
Dari balik obrolan demi obrolan ku banyak mengerti tentang apa kata ikhlas. Ada diantara mereka yang kini mendekam karna tidak tahu kesalahan yang diperbuat. Mereka mendekam karna harus menanggung kesalahan orang lain. Kesalahan yang mengharuskan dia ada ditempat ini, karena permasalahan tanggung jawab atas sebuah jabatan yang diembannya hingga mengharuskan ia mendekam. Meski kesalahan itu dilakukan orang lain. Hal semacam inilah yang ternyata terjadi dari balik jeruji besi.
Hari kedua ku menelusuri lorong tempat ini. Sedikit bercengkrama bersama mereka dengan berteman satu piring Tempe Goreng. Cerita demi cerita ku dapatkan dari mereka. Ada diantara mereka yang berharap dia bisa mendekam seumur hidup dalam penjara. Sungguh aneh memang, tatkala orang lain sangat ketakutan mendengar kata penjara, tapi dia justru ingin hidup selamanya di dalam penjara. Alasan yang keluar dari mulutnya sungguh mengetuk hati ini.
"Jika saya keluar dari penjara, saya tak punya lagi tempat dimasyarakat. Saya akan diasingkan semua orang. Bagaimanapun saya bertaubat, saya akan tetaplah Napi. Semua orang akan menjauhi saya. Saat saya bekerja, pasti tak akan ada yang mau menerima saya. Saat saya membuka usaha, pasti semua orang mencibir saya dan bahkan tidak berkenan untuk menjadi pembeli. Namun jika dalam penjara, semua orang disini sama, bisa menerima saya apa adanya. Saya bisa ikut membantu para sipir disini, tanpa mereka mencibir saya."
Sungguh apa yang keluar dari mulut mereka semua adalah sebuah ketulusan yang nyata. Dan memang benar apa yang mereka katakan, selama ini kita sebagai masyarakat terlalu sering menjudge orang lain. Setiap orang yang bersalah pasti kesalahan itu akan selalu melekat dalam dirinya seumur hidup. Namun setiap orang yang melakukan kebaikan, akan seolah terlupakan kebaikannya saat ia melakukan kesalahan walau sekali. Entah dimana fikiran ini saat mendengarkan cerita-cerita mereka. Antara merenungi diri sendiri, kalut dan seolah merasa teramat bersalah atas apa yang selama ini kulakukan.
Bagaimana bisa seorang napi bisa menunjukkan bahwa dia telah bertaubat, sementara kita tidak pernah memberi ruang kepadanya untuk dapat membuktikannya. Setiap manusia pasti pernah melakukan salah, namun tetaplah berikan ruang bagi dia untuk memperbaikinya. Karena yakinlah, bahwa setiap kesalahan oarang lain adalah merupakan bagian dari perjalanan hidupnya. Jangan judge mereka namun tuntun dan rangkullah mereka.
Komentar
Posting Komentar
Komentar :