Langsung ke konten utama

Mimpi Redup di Negeri Sendiri


Beberapa waktu lalu mungkin kita sering melihat viralnya pemberitaan 3 anak SMA yang mengikuti lomba karya ilmiah tentang penemuan kayu Bajakah sebagai obat kanker. Semua orang mengagumi berita ini, negeri ini viral karena karya dari seorang anak-anak SMA.

Mereka diundang kesana kemari, diwawancarai para wartawan, dan tentunya nama mereka begitu membanggakan bagi negeri ini. Mungkin hal-hal seperti ini begitu mengharumkan nama baik bangsa dimata dunia. Namun hal semacam ini entah kenapa selalu membuatku merasa biasa saja.

Why?

Bukan merasa biasa pada penemuan anak SMA Negeri 2 Palangkaraya  ini, bukan. Bagi saya mereka, Yazid, Anggina Rafitri, dan Aysa Aurealya Maharani, justru anak yang luar biasa. Mereka ini adalah aset berharga bagi bangsa ini, calon peneliti hebat yang dimiliki bangsa ini.

Namun yang membuatku merasa biasa-biasa saja adalah tentang berita yang ujung-ujungnya keluar setelah pemberitaan ini. Jawabannya sudah tertebak, mereka yang mengatasnamakan para "pakar" di Negeri ini pasti sepakat menjawab, "BELUM ADA KAJIAN ILMIAHNYA". Hanya inilah yang bisa dijawab dan selalu begitu.

pict by : kompas.com /KURNIA TARIGAN

Jawaban macam apa ini?

Inilah yang seringkali membuat para peneliti di Negeri ini memiliki impian yang harus kandas di Negerinya sendiri. Berapa banyak lagi kisah para ilmuan handal di negeri yang harus bernasib sama. Sampai kapan setiap impian hanya akan dijawab dengan jawaban yang sama?.

Saya masih ingat betul akan sosok pahlawan. Yah bagiku dia adalah pahlawan, entah sosok apapun ia dimatamu. Dia dimataku tetaplah pahlawan hebat negeri ini, sosok pahlawan yang dipenjarakan oleh negerinya sendiri dan terpenjara di dalam negera sendiri. Dia adalah sosok pahlawan cannabis, pahlawan ganja bagi negeri ini. Yah, siapa lagi kalau bukan bung Fidelis Arie Sudarwoto. Sosok PNS yang dengan sengaja menanam Ganja demi mengobati mendiang istrinya yang mengidap penyakit langka, syringomyelia.

Bung Fidelis beda nasib memang dengan Yazid, Anggina, dan Aysa. Jika mereka hanya dihentikan mimpinya dengan jawaban "belum ada kajian ilmiah" namun bang Fidelis harus dipenjarakan karena aturan hukum negeri ini.

pict by : hallosehat.com

Apa yang jadi masalah buatku?. 

Ketahuilah sahabat, bagi kalian yang sehat tentu biasa saja. Namun bagi para pengidap syringomyelia, kanker, dan sejenisnya, tentu ini menyedihkan. Mereka justru sudah mendapatkan sedikit angin segar dari sosok Bung Fidelis akan nasib penyakit mereka yang "MUNGKIN" bisa disembuhkan dengan menggunakan Ekstrak Ganja. Karena mereka hanya akan putus asa dengan jawaban Dokter yang memastikan begitu sulit menyembuhkan penyakit mereka, bahkan seringkali menyatakan

"BELUM ADA OBAT YANG TEPAT UNTUK MENYEMBUHKANNYA" atau lebih tepatnya "PENYAKIT ANDA BELUM ADA OBATNYA"

Mau sampai kapan negeri ini bodoh? mau sampai kapan memberi jawaban yang simple hanya untuk membiarkan mereka mati secara perlahan tanpa kepastian?. Negeri ini katanya punya Lembaga Riset yang dibiayai oleh negara. Dimanakah lembaga itu? kemanakah peranannya? Jika hanya menjawab "tak ada kajian ilmiahnya" lantas apa tugas anda sebagai lembaga riset?.

Ketahuilah, jika sosok seperti Yazid dan kawannya hanya akan diajawab "belum ada kajian Ilmiah" maka sebenarnya anda mematahkan semangat dan impian para anak bangsa yang ingin berdedikasi untuk negaranya sendiri. Kenapa negara ini tidak memfasilitasi sosok Yazid dan kawannya bekerjasama dengan para pakar riset untuk melanjutkan risetnya hingga menjadi titik terang bagi bangsa ini. Ini tentu akan menjadikan bangsa ini melahirkan semakin banyak lagi calon Ilmuan handal negeri ini.

Kenapa bung Fidelis harus dipenjara? Kenapa negara hanya bisa berkata takut pada ganja? hanya bisa berkata Jauhi GANJA?. Tapi, mengapa Negara hanya bungkam saat bung Fidelis membuka kajian ilmiahnya yang telah dia dapatkan dari beberapa pakar dan telah dia buktikan pada sosok mendiang Istrinya dan kisah ini justru dibacakan saat pembacaan Nota Pembelaan saat sidang? (*Jika ingin membaca nota pembelaan bung Fidelis, bisa klik NOTA PEMBELAAN ).

Mau sampai kapan negara menutup diri terhadap ilmu pengetahuan, mau sampai kapan negara terus bicara bahwa ganja merusak manusia, sementara dalam ganja justru terkandung zat-zat hebat yang bisa menyembuhkan kanker serta syringomyelia. Jika negara takut akan penyalahgunaan ganja, mari kita lihat kembali akan beberapa barang yang juga disalahgunakan. Bodrex misalnya, obat batuk yang justru bisa disalahgunakan untuk mabuk. Ataupun juga pembalut wanita yang disalahgunakan untuk mabuk, ataupun bunga terompet yang selalunya juga disalahgunakan.

Penyalahgunaan tumbuh atas dasar paradigma seseorang itu sendiri. Hari ini negara telah lalai, bahwa dalam rokoklah yang sebenarnya terdapat banyak zat pembunuh. Namun kenapa rokok hanya dilabeli dengan tulisan "ROKOK ITU MEMBUNUHMU". Akan tetapi negara tak berani menghentikan total peredarannya, sedangkan disisi lain Tembakau juga tidak memiliki sisi manfaat yang nyata bagi medis.

Bagaimanakah keadilan terhadap ganja? Sejatinya Ganja memiliki zat-zat yang justru bermanfaat bagi medis. Tak melulu berbahaya, ganja justru memiliki Cannabichromene,Cannabidiol, serta Cannabigerol yang kesemuanya memiliki manfaat pada sistem medis. Memang, ganja memiliki Delta-9 tetrahydrocannabinol yang merupakan sumber utama zat psikotropis yang selalu dipermasalahkan. Namun dalam ganjapun juga memiliki zat penetral sebagai anti psikotropisnya.

Adanya kasus bung Fidelis dan yang lainnya adalah sebagai bentuk diamnya Negara terhadap kebodohan akan Ilmu Pengetahuan. Betapa tidak, hari ini saja berapa para ilmuan negeri ini yang akhirnya harus mengakui temuannya lebih dihargai di Negara lain daripada Negara sendiri. Seharusnya negara memfasilitasi seorang bung Fidelis untuk melanjutkan risetnya. Toh jika risetnya berhasil, siapakah yang akan bangga? tentu Negara ini akan jauh lebih bangga karena punya ilmuan hebat seperti bung Fidelis.

Bung Fidelis adalah satu dari sekian banyak orang yang menggaungkan Ganja agar dilegalkan untuk keperluan Medis di Negara ini. Disisi lain ada juga bung Dhira Narayana dan Angki Purbandono yang juga mendirikan Lingkar Ganja Nusantara (LGN) yang seringkali disalah tafsirkan beberapa orang. LGN bukanlah sekumpulan pengguna, pengedar, ataupun bandar Ganja, melainkan LGN sebenarnya adalah gerakan yang selalu mengkampanyekan Legalitas Ganja untuk kepentingan medis. Mereka tak pernah mengajak ataupun menyuruh anggotanya untuk mengkonsumsi, mengedarkan, dan menyalahgunakannya. Mereka murni memperjuangkan legalitas ganja demi kesembuhan banyak orang yang menderita penyakit yang katanya "BELUM ADA OBATNYA".

Hari ini harusnya negara bangga bisa memiliki LGN. Karena mereka jauh lebih awal melakukan kajian ilmiah terhadap ganja. Mereka lebih awal membedah sisi manfaat ganja bagi medis. Namun entah apa yang membuat Negara selalu menutup mata akan riset yang mereka lakukan. Negara terus berdalih Ganja berbahaya tapi seolah tak tahu bahayanya dimana. Jika tembakau yang dilabeli "membunuhmu" masih tetap bisa legal, kenapa ganja yang "berbahaya" namun kaya manfaat justru dianggap barang ILEGAL.

Saya mendukung legalitas ganja untuk kepentingan medis bukan karena saya pengonsumsi ganja. Saya mendukung LGN dan para sosok seperti Bung Fidelis karena saya juga ingin negara ini menghargai tentang riset. Saya ingin melihat senyum bahagia para penderita penyakit yang selama ini hanya bisa divonis berujung kematian. Tentu saya juga ingin negara bisa cerdas dan tidak terus berada dalam ketakutan terhadap ganja tanpa alasan yang jelas.

Saya bukanlah pengguna, pengedar, ataupun bandar GANJA.
Saya mendukung Legalitas Ganja untuk Keperluan Medis.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gadis Bercadar

Matanya yang menatap dengan penuh pesona. Jilbabnya yang terjurai lebar hingga lengannya. Halus lembut bisik suaranya. Semua seakan membuat detakan dada yang mendesir. Ingin rasanya berbicara banyak dengannya, tapi malu rasanya diri ini tuk menyapanya. Namun hingga kini ku tak pernah melihat wajah utuhnya. Wajah indah yang mungkin melekat pada dirinya, ku tak pernah sekalipun menatapnya. Hingga kini ku hanya mampu melihatnya sebatas mata indahnya dan pelipisnya yang hitam merona. Semua itu karena ia adalah gadis bercadar. Bukan bercadarkan jilbabnya, namun bercadarkan balutan masker birunya.

Dari Balik Jeruji Besi

Menelusuri lorong-lorong penuh ketegangan yang menyelimuti. Penuh dengan tatapan tajam dan penuh harap. Wajah garang senantiasa mewarnai setiap sudut. Tegap, kekar, dan seolah diri ini mangsa yang siap untuk diterkam. Inilah hidup dari balik jeruji besi. Kehidupan nyata bagi  seorang narapidana. Menurut kita jeruji besi seolah adalah sebuah tempat untuk menebus setiap kesalahan yang telah diperbuatnya. Namun tatkala orang yang mendekam didalamnya adalah orang yang harus menanggung kesalahan yang telah diperbuat orang lain, apakah ini masih dapat dikatakan jeruji besi. Mungkin apa yang kita presepsikan selama ini tentang penjara tidaklah 100% benar. Melainkan sebenarnya ada sisi lain dari apa yang disebut dengan penjara. Beberapa hari saya bertugas di tempat ini, berjalan di lorong ini, sungguh terasa inilah saatnya saya banyak belajar, sekolah, atau merenungi tentang hidup dari balik tempat ini. Ketakutanku saat awal mendengar kata Lapas, seolah begitu menguji adrenal...

Sorry , Today I Win

Tidak selamanya mereka yang mengatakan pandai, mahir, dan mampu itu memang sama dengan apa yang ia katakan. Namun belum tentu yang ia katakan sesuai fakta. Pelajaran bagi semua dan khususnya untuk driku. Tak perlu sombong dan mengatasnamakan orang yang paling pandai. Namun buktikan dulu kemampuannya. Tak perlu banyak cakap yang terpenting adalah actionnya. Hari ini, ma'af, ku ingin katakan untuk yang ada disana, sorry , today I win