Langsung ke konten utama

Harum tak Selalu Wangi


Sebenarnya lagi males banget nulis-nulis tentang hal kritis ataupun mengkritisi. Lebih suka yang enak-enak dan indah-indah saja.

Tapi ada satu hal yang mengganjal dalam hati. Satu kiriman ss chat yang mengganggu beberapa hari ini. Jujur sangat menganggu sekali sampai serasa mood untuk melangkah lagi kian terhenti.

Ini bukan soal siapa dia, bukan soal keberanian dia. Tak penting siapa orangnya, tak perlu juga menyalahkannya. Salahkan saja aku yang tak pernah menyampaikan tentang kenapa alasanku.


Eits,,, sebelum lanjut baca kebawah, klik tombol play dulu yah di video itu. Jadi bacanya sambil denganrin musiknya, biar adem atinya. Ga emosi Mulu,

Semua akan seperti biasa, tak ada kemarahan dan kebencian. Ini hanya soal hati yang terganggu. Antara membuka apa yang sebenarnya terjadi padahal semua tengah ditutupi atau akan terus berdiam diri tapi terus terpikirkan.

Sahabat, hari ini akan aku putuskan satu keberanian untuk menuliskan semua. Tak peduli siapa lagi yang akan mencari dan membenciku. Setiap resiko pasti ada konsekuensinya, entah itu bagus ataupun buruk.


Teman-teman terkasih,
Tahukah kalian tentang wabah covid ini? Tentu dampaknya luar biasa sekali. Semua terkena dampaknya dan imbas dari kelalaian kita mengantisipasi semua ini.

Tapi tak perlu untuk menyalahkan semua yang sudah terjadi dan berlalu. Saat ini semua tentu terbangkitkan rasa empatinya pada sesama. Banyak orang yang akhirnya tergerak untuk melakukan banyak aksi kebaikan. Hal ini juga terjadi padaku, seorang pengangguran kere yang turut sok-sokan tergerak.

Diawal covid ini merebak, semua seolah semangat untuk tergerak berdonasi. Hal ini akhirnya menumbuhkan banyak keinginan orang yang turut serta membuat open donasi.

Tapi bagaimana dengan hari ini?
Hari ini kejenuhan terjadi, kejenuhan orang untuk berdonasi kian meninggi. Alasannya simple dan ini pernah saya bahas sedari awal bergerak.

Tepat sasaran dan tranparansi donasi adalah jadi prioritas utama masalah ini. Jika bicara transparansi, semua saya kira sudah selalu tranparan. Dokumentasi penyaluran donasi menjadi bukti aksi yang mereka lakukan.

Tapi soal tepat sasaran ini relatif. Tergantung koridor ketepatannya dilihat dari sisi mana. Tapi ada sisi yang sering terlupakan, yaitu sisi ketimpangan.

Sisi ketimpangan dilihat bukan dari aspek ketimpangan sosial antara si kaya dan si miskin. Melainkan sisi ketimpangan tentang berapa kali  target sasaran penerima ini menerima donasi.

Lho kok bisa?
Yah, coba kita lihat semua akun-akun charity yang sudah mendokumentasikan pembagian donasinya. Apakah tepat sasaran? Oh, jelas tepat sekali sasaran mereka. Kriteria yang mereka sasar sudah betul.

Tapi mari kita analisa segi ketepatan standart dari sisi lainnya.
Misal sebagai contoh :

Pak A usia 50 th, seorang tukang becak jalanan dg kondisi pangan yg sangat berdampak.

Hari 1 dia dapat donasi sembako pangan dari charity xxx di jalan.
Hari 2 dia dapat donasi lagi dari instansi xxx di jalan.
Hari 3 dia dapat lagi dari charity zzz.
Hari ke 4? Apakah dia masih layak diberi?

Sedangkan yang terjadi seorang bapak A ini total sudah dapat sebanyak 10 paket sembako. Alhamdulillah kan yah, bersyukur banget bapak ini. Tentunya raut wajahnya bisa senang sekali, bahagia karena mendapat barokah donasi saat pandemi Corona.

Standar inilah yang jadi perimbangan dan pertimbangan. Lho, ya itu kan rezeki dong buat bapaknya kalao nrima banyak, apanya yang salah?

Begini sahabat,
Kamu tahu berapa aksi bagi sembako yang berjalan? Bisa gak di total berapa donasi sembakonya? Coba bandingkan dengan jumlah penerimanya.

Kalkulasinya kiranya begini,
Misal ada 10 aksi bagi sembako,

Tiap aksi @20 paket sembako.
Total = 20x10
Yah, ada 200 paket.

Tapi, lantaran ada penerima yang sama karena alokasinya d jalan tanpa data, maka yang tercover hanya 90 penerima. Artinya, 110 paket sembako tidak tersalurkan kepada yang tepat.

Bagi penerima sembako dari donasi pertama itu adalah ketepatan. Tapi jika mereka dapat donasi lagi karena ketidak adanya data, maka inilah yang sekiranya kurang tepat.

Jadi paham kan sekarang tentang kenapa seringkali saya sampaikan ttg tumpang tindihnya bantuan donasi.


Ada realita lain.
Aksi Donasi kian hari semakin banyak yang bergerak. Tapi justru ini seolah jadi target sasaran beberapa oknum penerima donasi.

Teman-teman aksi kami yang berada diberbagai titik justru mengalami kejenuhan yang berujung stress pada nyali mereka. Bukan soal jenuh berbuat baik, tapi soal jenuh akan kondisi yang mereka alami.

Ada yang membawa donasi dan membagikan di jalanan. Kondisi awal hanya ada 5 tukang becak dan beberapa tukang parkir. Teman-teman aksi turun membagikan donasi.

Tetiba sekumpulan orang datang dan mengerubung. Semua meminta donasi, ada yang memaksa, dan bahkan merebut donasi layaknya penjarahan. Beberapa kawan aksi hanya bisa menghela nafas meihat kondisi ini. Apalah daya, mereka berbuat baik tapi menerima kondisi yang tak terlalu baik.

Lho, sapa suruh bawa donasi cuman sedikit?
Ini bukan soal banyak ataupun sedikit. Karena kebaikan bukan soal banyaknya.

Ini adalah kenyataan besar yang seolah tak terpublikasikan. Banyak juga kendala-kendala lain yang jadi masalah penyaluran donasi.

Dilematis kriteria.
Beberapa kali ada permintaan donasi yang masuk. Namun seringkali justru yang terjadi tidak sesuai dengan realita.

Permintaan donasi mengaku kena PHK, suami tak kerja, anak banyak, kirim foto kondisi rumah sangat layak untuk diberi donasi. Setelah mencoba mengobok-obok seluruh medsos yang lain, akhirnya ketemulah kondisi realitas sebanarnya.

Mobil 1, rumah mewah, gaya hidup hedon, bahkan postingan hari sebelum tgl permintaan masuk adalah belanja banyak untuk persiapan Corona di salah satu swalayan.

Tahukah kalian emas yang digunakan? Jika memang butuh sekali bantuan, kiranya harga emas itu bisa untu kebutuhan pangan keluarga.

Paling membuat sebal lagi adalah rumah dalam foto yang dikirimkan adalah rumah tetangganya. Inilah realitas yang terjadi.

Adalagi rekomendasi permohonan donasi yang justru sangat tidak sesuai rekomendasi. Rekomendasi awal sangat meyakinkan untuk disetujui. Namun akhirnya kecewa atas apa yang disetujui.

Motor saja banyak, rumah megah, dan kondisi seisi rumah bisa dipastikanlah seperti apa. Setelah ditanyai pertanggungjawaban atas kesalahan penyaluran rekomendasi hanya sebatas jawaban karena kondisi yang disampaikan adalah kondisi dahulu kala.

Dan masih banyak lagi tentang realitas yang terjadi dilapangan. Yang inilah membuat donasi lebih memilih titik kelayakannya agar tidak tumpang tindih.


Tumpang tindih Dana Desa.
Semenjak perintah teken aturan dana desa yang boleh digunakan sebagai alokasi bantuan penanganan covid, maka jalan aksi donasi diputuskan untuk sejenak mengendor.

Kenapa? Sama kondisinya yang akan tumpang tindih penerima dari dana desa. Tak memungkiri dana desa dari awal selalu memunculkan polemik.

Tapi jujur sangat marah terkait drama dana desa. Oknum pemerintah menyampaikan dalam media agar pemerintah desa segera mencairkan Dana Desa.

Tapi beberapa oknum desa curhat Dana Desa yang belum cair-cair. Adalagi yang curhat takutnya menggunakan dana desa karena perbedaan aturan alokasi dari Kemendagri dan kemendesa.

Jujur ini drama gila dari ruetnya birokrasi di negeri ini. Entah mana yang benar kita hanya sebatas bisa menonton.

Sudah tau ruet, kok masih ga mau alokasikan bantuan ke desa? Ini yang perlu digaris bawahi. Kalau kita membiarkan dana desa tidak dialokasikan secara tepat sasaran. Kita membiarkan dana desa menjadi dana tontonan rakyat. Bukan dana yang harusnya dinikmati untuk kemasalahan rakyat yang membutuhkan.

Sudahlah kita berdamai dengan setiap ketidaktepatan yang sudah terjadi. Kini tinggal kita benahi semua tanpa saling menyalahkan.

Melalui tulisan ini saya akan memberi saran beberapa hal sebagi berikut:
1. Pemkab untuk bisa merencanakan sesuatu kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi sewaktu-waktu.
2. Gugus tugas bukanlah lembaran pajangan yang berisi nama dan jabatan, melainakan tanggungjawab besar thd tugas yang kiranya tertulis atas jabatan tersebut.
3. Gugus tugas buatlah data terkait covid bukan hanya soal pasien. Tapi data terdampak yang dipublikasikan dalam satu akses yang kiranya bisa d buka oleh banyak pihak. Termasuk pihak carity yang akan membagi donasi.
4. Saya rasa dinsos memiliki data ketimpangan sosial ataupun data masyarakat yang layak menerima bantuan. Sehingga dinsos pun seharusnya bisa mempublikasikan setaip datanya pada postingan media sosial.
5. Teruntuk dinas pertanian, kiranya saya lihat habis pengumpulan donasi pangan beras dari petani. Ini bisa jadi garda pangan yg bisa dialokasikan dg tepat sasaran. Asal jangan ikut membaginya dijalanan tanpa data ketepatan.
6. Gak perlu semua donasi yang disalurkan harus ke Pemkab dulu, ribet dan lama ujungnya. Tapi ketersediaan data lah penting. 
7. Data siapa, bergerak donasi Sector apa, disalurkan kemana, berapa yang sudah tercover, inilah data yang dibutuhkan saat ini.
8. Jangan adalagi drama dana desa, tapi kiranya antar pemangku kebijakan segeralah menyelesaikan polemik birokrasinya. Karena jhanya kalian yang tahu arah birokrasinya.

Kiranya itu yang kini saya sarankan. Semoga bisa menjadi bahan pertimbangan dan perimbangan.

Semoga kita selalu diberi kesehatan dan keselamatan. Semoga wabah ini segera berlalu sehingga kita bisa kembali menjalani aktifitas seperti sedia kala.

Back to Chat
Simplenya tentang pembahasan chat awal diatas sih begini yah. Kalau konsep asal taruh-taruh donasi sih gampang. Tapi kelayakan itu juga penting. Kalau ga penting, manamungkin yang ngajuin donasi ke kitabisa.com ga semua di approve. Kamu di approve?




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hanya Konsep dari Impian

Hai sahabat semua, kurasa telah lama tak menyapa. Lewat kesempatan di saat ini, tanpa mengurangi rasa hormat, saya memohon doa dari sahabat semua. Semoga konsep yang saya miliki dapat terwujud dengan baik. Sehingga nantinya dapat digunakan oleh siapapun, khususnya di negara kita tercinta. Kita tahu negara kita berada pada wilayah rawan bencana, khususnya gempa. Padahal kita tahu saat ini perkembangan konsep rumah mewah dari kaca kian menjadi primadona bagi banyak orang. Namun jika kita bayangkan bahayanya saat terjadi getaran dan guncangan gempa, tentunya bahan kaca dapat membahayakan penghuninya. Oleh karena itu, saya mencoba membuat inovasi pada sebuah kaca. Konsep yang saya kembangkan adalah "Jelly Glass Technology". Konsep tersebut mengubah sifat kaca yang kaku dan mudah pecah, kini di ubah menjadi kuat dan lentur. Kuat merupakan sifat yang biasa pada kaca, namun jika lentur menurut saya sifat yang luar biasa. Kaca akan menjadi lentur hanya jika terkena tek

Perjalanan Panjangku

Inilah perjalananku, Perjalanan panjang dari sewaktu ku lahir hingga saat kini ku dewasa, Just for You,,

Pramuka Tak Bermutu

DILARANG KOMENTAR SEBELUM ANDA MEMBACA SAMPAI HABIS!!! Tulisan ini bukan untuk menggurui, tapi mengingatkan. Bukan untuk memusuhi, tapi karena peduli. *** Bising celoteh para emak-emak tetangga sembari menonton lomba agustusan. Tetiba terdengar samar-samar menyebut namaku dan akhirnya memanggilku juga. Tentunya bukan untuk bertanya soal pernikahan atau malah menjodohkan dengan anaknya, ah sabodo teuying. "Mas, jenengan kan orang Pramuka yah, mbok yao kalau ngasih tugas anak-anak jangan susah-susah. Sulit cari barangnya, cari kesana kemari bolak-balik" Wadaw... Ada apaan lagi nih? Kok jadi aku yang kena damprat sama emak-emak. Lalu ku tanya dulu nih kronologinya, apa permasalahannya, dan tentu perlu tahu apakah aku benar terlibat di dalamnya atau tidak. TERNYATA? Emak-emak ini akhirnya menceritakan keluh kesahnya tentang apa yang terjadi pada anaknya. Anaknya ini merupakan siswa baru di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan di Cilacap  dan saya tidak ada urusa