Langsung ke konten utama

Ketakutan Siswi Berujung Pindah Sekolah


Seringkali kita melihat berbagai tontonan dunia pendidikan. Beberapa saat ini kita seolah melihat banyaknya kenakalan remaja yang kian meningkat. Namun kali ini saya justru tergerak untuk menulis sebuah konten tentang dunia pendidikan yang bukan karena kenakalan remaja. Melainkan frustasi seorang pelajar yang menjadi korban intimidasi seorang guru, lantaran ia telah membongkar praktek KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) yang dilakukan oleh seorang oknum Guru.

Seringkali para pelajar mengalami hal yang kurang baik di sekolahnya. Mulai dari tindakan perploncoan, bullying, cacian yang menyangkut isu SARA, serta pelecehan seksual yang semuanya pasti berujung pada sebuah perlakuan yang merupakan tindakan intimidasi terhadap korban. Hal semacam ini juga harus turut diungkap dan tentu diluruskan. Kenapa? ada banyak psikologi korban yang sangat terganggu akan adanya hal tersebut.

Beberapa bulan yang lalu, masuklah sebuah aduan dari orang tua yang merasa aneh dengan adanya anak yang mogok sekolah karena memaksa pindah sekolah, sebut saja Melati (nama saya samarkan) yang merupakan seorang pelajar di salah satu sekolah. Akhirnya dengan rasa penasaran saya mencoba masuk dalam problem ini. Walaupun sebenarnya bukan ranah saya untuk bisa masuk dalam problem dari Melati. Saya sih siapa, Guru bukan, psikolog juga bukan, ah. masa bodoh.

Dengan basa-basi yang teramat panjang akhirnya Melati mau membuka diri. Bercerita akan masalahnya dengan segudang ketakutan. Bahkan dia tak mau ceritanya didengar orang lain lagi, termasuk kedua orang tuanya. Oke baiklah,, akhirnya awal aku sepakat dengannya dan akhirnya esoknya dia menemuiku saat saya tengah jogging di pantai tentu untuk bercerita apa yang sebenanya terjadi.

Membongkar Kedok Guru

Akhirnya Melati mulai mau terbuka untuk bercerita, meski didahului dengan sebuah tetesan air mata. Ternyata apa yang menjadi keresahan orang tuanya atas perilaku aneh Melati selama ini adalah adanya rentetan buntut panjang dari kejadian besar di sekolahnya. Yah, ternyata beberapa bulan yang lalu Melati berusaha membongkar praktik-praktik tindakan yang kurang terpuji dari seorang oknum guru di sekolahnya. Hal ini berkaitan dengan keresahan para siswa-siswi selama ini yang telah mengetahui akan adanya tindak KKN yang dilakukan oknum guru tersebut.

Namun apa yang terjadi? Melati dan beberapa temannya yang berusaha mengumpulkan bukti-bukti atas tindakan gurunya tersebut, justru mengalami hal yang pedih. Betapa tidak, mereka justru mengalami tindakan intimidasi dari oknum guru tersebut. Ini beberapa gambaran yang seringkali terjadi di negeri ini. Mereka yang melaporkan justru keamanan diri mereka yang akan terancam. Begitu pula yang terjadi kepada Melati dan beberapa temannya.

Pada saat mereka melapor kepada pihak sekolah, disaksikan pula oleh beberapa pemangku kebijakan terkait di sekolahnya maka seolah sekolah berterimakasih atas laporan tersebut. Berdalih bahwa keamanan mereka akan terjamin, tidak akan terjadi intimidasi, namun pihak sekolah tetap berusaha back up kasus tersebut dengan berpesan pada Melati dan temannya agar kasus ini tidak mencuat keluar sekolah.

Kenapa? Apa yang akan muncul dalam benakmu jika mendengar kata-kata seperti itu? Sudah jelas bahwa ini akan berkaitan erat dengan reputasi sekolah, lebih tepatnya reputasi kepala sekolah. Apa mau dikata, jika kesalahan fatal hanya akan ditutup-tutupi kasusnya demi seolah-oleh tidak ada masalah apapun. Semua akan terlihat seolah biasa saja, tidak ada masalah apapun. Lantas bagaimana dengan oknum guru terduga atas kasus KKN? yah sudah tentu ia akan aman-aman saja.  Tidak akan ada tindakan berarti yang membuatnya jera bahkan malu hingga menyadari kesalahannya.

Benar saja ini terjadi. Berkali-kali Melati dipanggil untuk menghadap BK ataupun kepala sekolah untuk diinterogasi atas laporannya. Kenapa saya tidak menulis dengan kalimat "di-Konfirmasi" tapi justru dengan kalimat "di-interogasi" , bagaimana saya harus menuliskan kalimat yang halus tatkala perlakuan yang diterima oleh Melati bukan perlakuan yang halus. Melati dicecar dengan beberapa pertanyaan yang justru menyudutkan psikologinya hingga ia menjadi semakin takut akan bahayaatas keamanannya yang kian terancam. Hanya berujung kalimat yang seolah membenarkan dan membiarkan praktek itu terjadi yang muncul dari mulut para pelaku interogasi tersebut. Mereka hanya memunculkan jawaban;

"Maaf yah, sebenarnya Guru itu memang sudah lama melakukan itu. Sudah terlalu sering dilaporkan siswa-siswa dari hampir setiap angkatan".

Whaaaattt?? jawaban macam mana pula ini? Ini adalah jawaban ambigu dari seorang pemangku kebijakan di sebuah sekolah. Penanganan yang terjadi justru berakibat fatal akan keselamatan mereka sebagai pelapor. Akhirnya entah informasi dari mana sehingga oknum Guru terduga pealaku bisa mengetahui jika Melatilah dalang dibalik laporan atas tindakannya ke pihak sekolah. Sudah bisa ditebak pembaca semua, apa yang akan terjadi selanjutnya.

Yah, Melati mengalami tindakan intimidasi oleh oknum guru tersebut. Baik intimidasi langsung, lewat telfon, bahkan media sosial. Melati diintimidasi dengan ditakut-takuti bahwa dialah yang bisa dijerat atas dugaan menyebaran berita hoax dan pencemaran nama baik atas oknum gurunya tersebut. Hal inilah yang terus-terusan menjadi momok ketakutan terbesar yang dialami oleh Melati. Sering ia bolos sekolah, berdiam diri di kamar, kadang menangis seolah ketakutan.

Melati dan teman-temannya berusaha melaporkan tindakan intimidasi ini kapada pihak BK dan Kepala Sekolah. Namun lagi-lagi apa yang didapat bukanlah kepastian jaminan keamanan, melainkan janji-janji aman yang justru masih mengganjal mental psikologi mereka. Betapa tidak, mereka (dalam hal ini pihak sekolah) hanya mengatakan bahwa mereka akan menjamin bahwa semua pelapor aman serta akan menjamin bahwa pelapor akan dipastikan tidak bertemu lagi dengan oknum guru tersebut. Karena guru tersebut akan dipastikan ngajar diangkatan yang berbeda.

Jawaban macam apa lagi ini? Drama apa lagi yang harus dipertontonkan pada anak-anak polos seperti Melati dan temannya?. Setelah kejadian ini masalahpun tak selesai sampai disitu saja. Melainkan terus bergulir banyaknya intimidasi yang masuk, cacian, hinaan, cercaan yang semuanya menyudutkan Melati. Bayangkan jika Melati mengalami frustasi yang berujung kematian. Siapa yang bersalah? banyak. Siapa yang akan bertanggung jawab atas kesalahan ini?.

Bertindak atau Diam?

Bagi sebagian orang, ini adalah masalah orang lain yang tak perlu diurusi. Diamkan saja adalah lebih baik dan cukup anggap cerita ini sebagai angin lalu saja.

Tapi, bagiku tidak. Aku terpanggil bukan karena kasus oknum guru terhadapa sekolah, karena bagiku tidak ada ranahku untuk masuk didalamnya. Namun, aku terpanggil atas kondisi psikis yang dialami oleh Melati. Saya yakin banyak Melati-Melati lain di luar sana yang mengalami kejadian intimidasi yang sama namun tak tahu arah penyelesaiannya. Melati butuh dukungan, butuh penjaminan keamanan dari sebuah praktek intimidasi.

Setelah aku yakinkan Melati bahwa apa yang dilakukannya adalah benar dan patut untuk diapresiasi keberaniannya, maka aku memberanikan diri untuk mengunggah kasus oknum guru tersebut di salah satu akun media sosialku. Mengapa? bukankah ini lebih berbahaya bagi keamanan Melati?.

Yah, ini memang lebih berbahaya. Namun inilah strategiku agar keamanan Melati lebih kejamin. Kok bisa? yah, setelah saya unggah ke laman medsos akhirnya benar, tak perlu menunggu lama untuk menjadi viral dan ramai diperbincangkan. Hanya selang 2 jam dari postingan akhirnya publik tahu akan apa yang sebenarnya terjadi secara terselubung di sekolah itu.

Keesokan harinya, aku sengaja mendatangi sekolah Melati bersama kedua orangtuanya. Disana saya meminta pertemuan pihak sekolah, pelapor terintimidasi (dalam hal ini Melati), oknum guru terlapor, BK dan para pemangku kebijakan yang lainnya. Inilah tujuan saya memviralkannya, tentu agar proses ini bisa berlangsung benar dan tanpa adanya kebijakan-kebijakan yang ambigu.

Benar saja, disitu saya hampir tak bisa membendung emosiku yang meletup. Aku tak peduli apa kasusnya, tapi yang ku pedulikan itu kenapa sampai ada intimidasi. Berarti management penanganan suatu kasus masih belum benar, hingga seorang pelapor malah tidak terjamin keamanannya. Semua terdiam dan tak bergeming tatkala gertakan bertubi-tubi saya coba lontarkan.

"Apakah anda tahu bahayanya jika psikologi Melati terganggu? kalau saja psikis Melati tak terselamatkan dan mencoba untuk mengakhiri hidupnya, siapa yang akan bertanggung jawab?. Bagaimana bisa bapak bicara penjaminan keamanan pelapor sementara Melati mengalami tindakan intimidasi? Apakah anda sebagai kepala sekolah akan melindungi Oknum Guru (sembari ku tunjuk mukanya) seperti ini hingga tetap berada disini? bakal seperti apakah mental para siswanya? Bicara penjaminan keamanan tidak akan bisa selesai begitu saja dimulut. Selama guru ini masih belum diberi tindakan, maka kejadian ini akan terus terjadi. Harus berapa banyak lagi siswa yang menjadi korban intimidasi seperti ini. Bicara penjaminan haruslah ada bukti nyata, bukan omong kosong tanpa pembuktian nyata".

Wah berani yah, emang siapa aku mmaki-maki mereka. Kalian tentu sudah bisa bayangkan bagaimana ekspresi mereka saat saya maki-maki. Kaku lemas, loyo tak berkutik sama sekali. Oknum guru tersebut hanya bisa meminta maaf, namun bagiku bukan maaf yang dibutuhkan. Melainkan suatu kepastian akan penjaminan keamanan Melati dari tindakan intimidasi. Lalu apa yang bisa menjamin? saya sudah siapkan berita acara sebagai pakta integritas tertulis yang harus pihak sekolah tanda tangani sebagai bukti fisik atas penjaminan keamanan dari pelapor. Sejauh mana kekuatannya? yah, jika intimidasi ini terulang satu kali lagi, maka saya bisa membawanya ke ranah Meja Hijau. Wiiihhh, Keren kannn,,.

Ini akan jadi pelajaran bagi segenap sekolah dan para siswa yang akan mengungkap praktik-praktik semacam ini di sekolahnya.Mereka tak perlu takut lagi akan adanya intimidasi atas pelaporan yang mereka lakukan. Demi dunia anak-anak, saya siap pasang badan untuk mereka. Saya siap bantu mereka-mereka yang mengalami beberapa kasus yang terselubung di sekolahnya.


Kasus-kasus yang seolah sulit untuk terselesaikan Seperti tindakan perploncoan, bullying dan tindak pelecehan seksual oleh oknum guru. Dan akhirnya kini bagiku Melati telah menjadi pahlawan kecil. Seorang siswi sekolah yang berani unjuk gigi walau ia harus mengalami ketakutan besar. Kini oknum guru tersebut telah dipecat oleh Dinas terkait dari sekolahnya mengajar dan denger-denger sudah pindah ke provinsi lain. Kini Melati telah menjalani kehidupan kembali seperti semula. Bisa tersenyum lepas seperti sedia kala tanpa adanya rasa takut dalam dirinya. Hal ini pula yang kini menjadi rambu-rambu bagi sekolah lain agar hati-hati dalam melakukan tindakan yang kurang terpuji.

Namun hal ini bukan berarti seolah melakukan framing terhadap guru agar seolah dilarang menegur siswa. BUKAN! salah besar. Transparansi seperti ini justru akan menguatkan sistem pendidikan. Jika gurupun mengalami tindak intimidasi atas pendidikannya terhadap siswa, juga bisa melakukan hal yang sama. Ini akan sama-sama menjadi kekuatan bagi semua agar ada penjaminan keamanan atas pelaporan suatu kasus tanpa adanya tindakan intimidasi.

Terimakasih Melati, keberanianmu membuatku ingin menggoreskannya dalam tulisan ini agar para siswa-siswi lain bisa mencontoh keberanianmu.



pict ; Liputan6.com

Komentar

  1. Banyak tau kasus kasus yang seharusnya bisa ke angkat . Tapi lebih milih diem , soalnya tuh ngga bisa atau ngga cukup ngebuktiin gitu. Terus kebanyakan lebih mikir "itukan bukan urusan ku" gitu . Intinya kita masih kurang peka sama hal hal yang se sensitif ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah,, ini saatnya kita mulai mengedukasi orang-orang disekeliling kita.
      Banyak siswa yang kurang bisa melawan rasa takutnya. Melati disini adalah gambaran dari seorang siswa lemah yang terus dihantui rasa takut

      Hapus
  2. Nabila Rizky Amalia1 April 2019 pukul 20.29

    Hmm ku ingin tahu sekolah mana hahaha
    Masalah kaya gitu sih banyak dan dibarengi dengan warga sekolah yang ga mau speak up karena takut, kami sebagai murid memang seharusnya menghormati guru sebagai pedidik kami, tapi dalam kasus seperti ini masih pantaskah guru macam itu dihormati?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe,, kalau masalah sekolah mana, ini yg ga bisa ku ungkap. Karena hal ini berkaitan erat dg etika privasi. Hehehe

      Ayo mulailah edukasi teman-temanmu jika memang terjadi disekolahmu juga. Lawan, jangan takut, ancaman nilai, intimidasi dll, akan saya bantu.

      Hapus
  3. Banyak kisah atau kasus yang serupa bang, benar benar hal yang sangat menjengkelkan ketika sebuah ketidakbenaran terus dilindungi. Saya jadi teringat permasalahan yang hampir serupa yang baru baru ini ada. Tak tanggung tanggung karena berada di area civitas kampus.
    Memang pr yang sangat serius dan wajib diperhatikan oleh kita sebagai generasi penerus. Minimal minimalnya kita tak diam ketika disekitar kita ada hal yang tidak pantas atau pun tidak sesuai dengan norma yang berlaku. Hoax aja kita lawan.. Kenapa ini tidak? Haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah betul banget tuh,, harus ada orang-orang yang lebih peduli dengan mereka para penyintas. Mereka adalah bentuk pelemahan hak atas suara mereka

      Hapus
  4. Ingin menanggapi apa yang disampaikan oleh penulis. Sesungguhnya sudah bagus namun enurutku, ada beberapa kalimat yg ambigu. Disini juga tidak disampaikan bentuk KKN yang dilakukan oleh oknum guru itu berupa apa, hanya disebut melakukan tindakan KKN dan sedang dicari buktinya, terkesan "seadanya"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau harus menyebut bagaimana KKN nya, pembahasannya jadi panjang dan maaf ini juga menyangkut etika privasi buat sekolah tersebut. Bagaimanapun juga sekolah tersebut pasti akan merasa d permalukan mengingat mereka tau kalau kasus ini terjadi di sekolah tersebut.

      Hapus
    2. Baiklah memang demikian adanya. Mungkin kalau luang, bisa baca webtoon dg judul "Good Day to be a Dog" mulai eps.24 dst. Disana diceritakan ada anak sma yg dibully oleh temannya. Ia berniat melapor, namun melihat walikelas nya yg seperti tidak ingin menambah urusan dan ternyata sang pembuli adalah anak dari teman dekat kepseknya. Kepsek juga sepertinya tidak akan mengungkap kasus bullying tsb karna akan mencoreng nama sekolah tentunya. Apalagi dipasang banner : sekolah bebas bullying selama 4 th. Jadi tidak ada yg berani mengungkap karna merasa percuma. Dan si korban pun memilih diam, dan bertahan hingga ia pindah sekolah.

      Disini karna tidak disebutkan tindak KKN nya berupa apa, jadi yaa cuman bisa menerka-nerka. Barangkali tidak jauh berbeda dg cerita di webtoon. Dan ya, ketauan deh bahan bacaannya (aku) kurang berbobot wk🙈

      Hapus
    3. wah,,, terimakasih yah buat referensinya,, ntar aku baca deh,,

      Hapus
  5. Mak "deg" rasanya gak kebayang anak sekolah harus menahan tekanan kayak gitu sendirian. Karna pada dasarnya tidak semua orang adalah pribadi yang pintar melawan (contohnya aku), jadi mereka pun butuh orang - orang sepertimu mas untuk meraih tangan mereka dan berjuang bersama. Setidaknya mereka tau mereka tidak benar - benar sendiri, jadi keberanian itu akan muncul dengan adanya orang lain yang menguatkan atau mengajak berjuang bersama

    BalasHapus
    Balasan
    1. Inilah yang terjadi, Melati hanya satu dari banyak anak di sekolah yg menjadi penyintas dengan penjaminan keamanannya dilucuti. Banyak para melati" lain d luar sana yg membutuhkan uluran tgn org" disekelilingnya. Butuh semangat, butuh perlindungan, dan butuh penjaminan bahwa dirinya aman.

      Hapus

Posting Komentar

Komentar :

Postingan populer dari blog ini

Hanya Konsep dari Impian

Hai sahabat semua, kurasa telah lama tak menyapa. Lewat kesempatan di saat ini, tanpa mengurangi rasa hormat, saya memohon doa dari sahabat semua. Semoga konsep yang saya miliki dapat terwujud dengan baik. Sehingga nantinya dapat digunakan oleh siapapun, khususnya di negara kita tercinta. Kita tahu negara kita berada pada wilayah rawan bencana, khususnya gempa. Padahal kita tahu saat ini perkembangan konsep rumah mewah dari kaca kian menjadi primadona bagi banyak orang. Namun jika kita bayangkan bahayanya saat terjadi getaran dan guncangan gempa, tentunya bahan kaca dapat membahayakan penghuninya. Oleh karena itu, saya mencoba membuat inovasi pada sebuah kaca. Konsep yang saya kembangkan adalah "Jelly Glass Technology". Konsep tersebut mengubah sifat kaca yang kaku dan mudah pecah, kini di ubah menjadi kuat dan lentur. Kuat merupakan sifat yang biasa pada kaca, namun jika lentur menurut saya sifat yang luar biasa. Kaca akan menjadi lentur hanya jika terkena tek

Perjalanan Panjangku

Inilah perjalananku, Perjalanan panjang dari sewaktu ku lahir hingga saat kini ku dewasa, Just for You,,

Pramuka Tak Bermutu

DILARANG KOMENTAR SEBELUM ANDA MEMBACA SAMPAI HABIS!!! Tulisan ini bukan untuk menggurui, tapi mengingatkan. Bukan untuk memusuhi, tapi karena peduli. *** Bising celoteh para emak-emak tetangga sembari menonton lomba agustusan. Tetiba terdengar samar-samar menyebut namaku dan akhirnya memanggilku juga. Tentunya bukan untuk bertanya soal pernikahan atau malah menjodohkan dengan anaknya, ah sabodo teuying. "Mas, jenengan kan orang Pramuka yah, mbok yao kalau ngasih tugas anak-anak jangan susah-susah. Sulit cari barangnya, cari kesana kemari bolak-balik" Wadaw... Ada apaan lagi nih? Kok jadi aku yang kena damprat sama emak-emak. Lalu ku tanya dulu nih kronologinya, apa permasalahannya, dan tentu perlu tahu apakah aku benar terlibat di dalamnya atau tidak. TERNYATA? Emak-emak ini akhirnya menceritakan keluh kesahnya tentang apa yang terjadi pada anaknya. Anaknya ini merupakan siswa baru di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan di Cilacap  dan saya tidak ada urusa