Langsung ke konten utama

Media Sosial Membunuhmu


Tahun 2017 tak terasa telah terlewati. Banyak cerita yang kini menjadi kenangan. Namun banyak pula cerita yang mulai muncul di era tahun tersebut tapi kini seolah menjadi sebuah masalah.

Masalah yang kian timbul dan seolah tak terbendung adalah media sosial. Suatu masalah kecil yang berefek besar. Jangan heran jika akhir-akhir ini banyak kejadian yang muncul di layar kaca anda yang berawal dari media sosial.

Media sosial seakan-akan menjadi hal terberat untuk ditinggalkan. Namun hal inilah yang menjadi titik awal munculnya sebuah masalah baru pada psikologi manusia. Beberapa masalah yang timbul diantaranya adalah perubahan psikologi manusia.

Media sosial telah menyumbangkan banyak sekali perubahan psikis manusia. Jika dilahat sekilas, media sosial memanglah tidak menimbulkan dampak buruk. Namun jika kita lihat lebih jauh lagi, maka dampaknya sangat besar.

Waktu yang dibutuhkan oleh pengguna media sosial dalam satu hari, tentunya dapat dihitung. Kecenderungan orang dengan menggunakan media sosial yang kurang bijak, akan mempengaruhi tingkat emosi yang tidak stabil serta dapat juga menjadikan depresi yang tinggi.

Jangan heran jika di tahun 2017 angka perceraian sangat tinggi. Selain permasalahan merantau, sebagian besar juga dipicu karena adanya penggunaan medsos yang kurang bijak. Media sosial telah membuat penggunanya tergoda dengan banyak hal yang terlintas dimedsos tersebut.

Media sosial yang bijak akan membawa dampak baik bagi penggunanya. Begitu pula sebaliknya, media sosial yang kurang bijak akan membawa dampak buruk. Apalagi jika pengguna medsos tersebut adalah anak-anak yang tentunya masih butuh arahan dan bimbingan dalam penggunaan medsos yang bijak.

Beberapa dampak buruk media sosial yang mulai merebak di 2017 adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya angka perceraian dan perselingkuhan yang timbul karena medsos.
2. Meningkatnya angka kenakalan remaja.
3. Meningkatnya angka Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) dari para remaja.
4. Meningkatnya penggunaan medsos untuk aksi dari para kaum Eksibisionis (kelainan orang yang dengan sengaja memamerkan alat kelaminnya di publik).
5. Meningkatnya recruitmen kaum Naturis atau Nudis (Kelompok yang tidak berpakaian sehelai kainpun dalam kehidupan sehari-hari atau telanjang) di Indonesia melalui media sosial.
6. Mulai banyak nya kaum LGBT yang mencari mangsa melalui akun-akun media sosial.

Jadi jangan heran kalau banyak sekali perubahan orang-orang disekitar kita antara sebelum menggunakan medsos dan sesudah menggunakan medsos yang kurang bijak. Seperti contoh kasus beberapa kejadian remaja hamil diluar nikah, justru banyak diantara mereka yang merupakan remaja berprestasi, beragama, dan kecenderungan anak yang pendiam.

Namun, karena para remaja ini terkadang kurang bijak dalam menggunakan media sosial maka mereka ingin berusaha mengikuti tren mode masa kini yang sebenarnya mereka belum siap. Akhirnya, mereka jatuh dalam pola yang salah. Berawal dari ingin tenar, mereka akan melakukan apapun demi dikagumi banyak orang. Termasuk hingga mereka merelakan keprawanan mereka.

Peran Guru dalam Jati Diri Siswa.

Sangat disayangkan sekali jika masalah remaja yang kian merebak, namun tidak disikapi dengan baik. Sebagai contoh kecil, remaja pada usia sekolah tentunya figur yang sangat berpengaruh pada dirinya adalah figur seorang guru. Bisa kita sadari, bahwa seakan-akan guru itu mampu memberi arahan pada siswanya terhadap hal apapun.

Namun, yang terjadi justru "Sebagian" Guru, justru mencontohkan banyak hal buruk terhadap para siswa nya dalam bermedia sosial. Hal ini bisa dilihat saat usia guru tersebut sudah terlalu banyak namun baru eksis dalam media sosial. Pasti gejolak muda nya akan muncul dengan seketika. Beberapa hal yang seyogyanya tidak dilakukan justru dilakukan. Semisal, menyebar berita hoax, melakukan BC yang kurang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, atau justru ikut berkampanye politik serta menambah suasana panas politik di negeri ini.

Guru sosok figur yang seyogyanya mampu mengawasi anak, membimbing anak, menjadi pengayom, panutan, serta mampu menjadi tempat konseling bagi anak, justru kini banyak fungsi tersebut yang telah menghilang. Saat saya berbicara dalam sebuah forum suatu organisasi pendidikan tentang hal tersebut, justru jawaban aneh yang saya dapatkan.

"Jadi begini mas, kalau kita sebagai guru harus ini, harus itu,  yo abot mas. Ngurusi anake dewek ben mumet, kon ngurusi anake wong liya. Belum lagi kalau konseling, kita saja lagi pusing mikir administrasi, masalah ini, itu dsb, eh malah suruh dengerin anak curhat, ya tambah mumet."

Jawaban seperti ini adalah jawaban konyol. Jawaban yang seyogyanya tidak pernah terlontar dari perkataan seorang Guru. Inilah perubahan yang drastis. Pendidikan saat ini bukan menjadi lebih baik, namun seakan semua kini hanya bisa dilihat pada kertas, kertas, dan kertas. Makna mendidik kini telah bergeser menjadi menilai. Apapun kini diadopsi dalam sebuah angka.

Hal ini pun terjadi di kota sebelah. Hingga tak ada yang tahu jika siswi terbaik yang mampu membaca Al Qur'an dengan fasih nya telah Hamil diluar Nikah, namun justru pihak sekolah tak ada yang mengetahuinya.

Hal yang sama pula sebenarnya sering terjadi di beberapa sekolah unggulan di kota ku. Hampir setiap tahun pasti menyumbang nama untuk kasus hamil duluan. Ada pula yang saat perpisahan sekolah SMP justru ia tunangan. Ada pula ketangkap basah melakukan hubungan gelap oleh satpol pp. Ada pula yang UN sudah hamil dan masih banyak cerita unik lainnya di kota ku tercintahh.

Lalu, peran pendidikan konseling tentang masa peremajaan ada dimana yah?.

Maaf, pada tulisan ini saya tidak menyalahkan seorang Guru, tapi saya hanya ingin perubahan kembali pada pola pendidikan yang kini seolah telah duduk pada zona nyaman hingga melupakan tugas konseling.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gadis Bercadar

Matanya yang menatap dengan penuh pesona. Jilbabnya yang terjurai lebar hingga lengannya. Halus lembut bisik suaranya. Semua seakan membuat detakan dada yang mendesir. Ingin rasanya berbicara banyak dengannya, tapi malu rasanya diri ini tuk menyapanya. Namun hingga kini ku tak pernah melihat wajah utuhnya. Wajah indah yang mungkin melekat pada dirinya, ku tak pernah sekalipun menatapnya. Hingga kini ku hanya mampu melihatnya sebatas mata indahnya dan pelipisnya yang hitam merona. Semua itu karena ia adalah gadis bercadar. Bukan bercadarkan jilbabnya, namun bercadarkan balutan masker birunya.

Dari Balik Jeruji Besi

Menelusuri lorong-lorong penuh ketegangan yang menyelimuti. Penuh dengan tatapan tajam dan penuh harap. Wajah garang senantiasa mewarnai setiap sudut. Tegap, kekar, dan seolah diri ini mangsa yang siap untuk diterkam. Inilah hidup dari balik jeruji besi. Kehidupan nyata bagi  seorang narapidana. Menurut kita jeruji besi seolah adalah sebuah tempat untuk menebus setiap kesalahan yang telah diperbuatnya. Namun tatkala orang yang mendekam didalamnya adalah orang yang harus menanggung kesalahan yang telah diperbuat orang lain, apakah ini masih dapat dikatakan jeruji besi. Mungkin apa yang kita presepsikan selama ini tentang penjara tidaklah 100% benar. Melainkan sebenarnya ada sisi lain dari apa yang disebut dengan penjara. Beberapa hari saya bertugas di tempat ini, berjalan di lorong ini, sungguh terasa inilah saatnya saya banyak belajar, sekolah, atau merenungi tentang hidup dari balik tempat ini. Ketakutanku saat awal mendengar kata Lapas, seolah begitu menguji adrenal...

Sorry , Today I Win

Tidak selamanya mereka yang mengatakan pandai, mahir, dan mampu itu memang sama dengan apa yang ia katakan. Namun belum tentu yang ia katakan sesuai fakta. Pelajaran bagi semua dan khususnya untuk driku. Tak perlu sombong dan mengatasnamakan orang yang paling pandai. Namun buktikan dulu kemampuannya. Tak perlu banyak cakap yang terpenting adalah actionnya. Hari ini, ma'af, ku ingin katakan untuk yang ada disana, sorry , today I win