Langsung ke konten utama

Suka Bikin, Males Mendidik



Gemericik suara air, semilir angin menghempas kabut yang kini mulai turun. Berteman secangkir kopi Gayo dari teman roastery Cilacap si "Didit" namanya (promosi dikit nih, siapa tahu dapet kiriman kopi gratis :D ). Tapi disini, dipuncak ketinggian 1024 mdpl saya nulis ini bukan untuk membahas kopi nya si Didit dalam tenda yang bungkusnya sudah sangat kucel, saya akan membahas kembali tentang curhatan anak-anak seusia SMP yang saya dapatkan dari sebuah sesi bincang-bincang bersama mereka.

Mengapa saya sering membahas tentang masalah-masalah anak-anak?

Anak-anak merupakan generasi penerus bagi negeri ini. Di tangan merekalah negeri ini nantinya akan  dipegang, diteruskan perjuangannya. Namun jika mereka tidak disiapkan mulai saat ini, akan jadi apakah negeri ini di generasi mereka, mungkin akan kacau balau, ataukah akan porak poranda.

Generasi yang baik akan lahir dari sistem pendidikan yang baik pula dan generasi yang bermartabat akan lahir dari hasil pendidikan carakter yang bermartabat pula. Sebuah pendidikan carakter yang lebih dominan adalah pendidikan dari orang tua. Hal ini dikarenakan kedekatan mereka lebih mendominasi. Namun, jika orang tua yang seharusnya bisa menjadi figur yang mampu mendidik, melindungi, mengarahkan, serta menjadi teman bagi anak-anak tidak ada, akan kemanakah anak-anak akan berlindung serta mendapatkan kasih sayang keluarga. Semua itu mungkin susah didapatkan anak-anak.

Anak yang pertama ini adalah anak yang paling mendominasi buat saya, karena dialah anak yang pertama saya ketahui masalahnya. Dia adalah anak tiri, bapak ibunya yang kandung entah dimana. Ia telah diadopsi sedari dia masih bayi. Anehnya lagi, ia hanya menerima kasih sayang dari seorang kakek tirinya. Lalu, bagaimana dengan orang tua tirinya?.

Orang tua tirinya bak seolah tak pernah memberinya kasih sayang, hingga ia begitu sayangnya sama sang kakek. Hal ini bisa dilihat dari caranya menceritakan sosok figur seorang kakek yang sangat berbeda saat ia menceritakan figur orang tuanya. Ia bercerita hanya bisa bertemu dengan ayahnya 1 tahun sekali karena kondisi pekerjaan ayahnya. Kerja dimana? entahlah, ia tidak bercerita (bodohnya saya juga kenapa enggak nanya yah?).

Kini, ia telah memiliki adik kecil yang lahir dari orang tua tirinya. Disisi lain, ia bahagia kini telah memiliki adik yang mungkin bisa menjadi teman baginya, namun hal ini juga yang membuat orang tua tirinya menjadi sangat terlihat dalam membedakan antara ia dan adiknya. Hal tersebut sangat terlihat dari segala barang-barang yang ia gunakan, segala perlengkapan sekolahnya, dan penampilannya yang serba ala kadarnya. Dalam hati kecil saya bertanya, kalau tak mau mengurusinya, atau tak bisa berlaku adil kenapa dulu mengadopsi anak coba.

Anak yang kedua ini, ayah dan ibunya telah bercerai. Kini ia tinggal bersama ayah, kakek, dan neneknya. Lalu Kemanakah ibunya?.

Yah, ibunya kini telh menikah lagi dan telah memiliki anak 2 dengan suami yang baru. Permasalahan yang utama adalah anak ini sangat dilarang untuk mengunjungi rumah ibunya. Ia hanya diperkenankan bertemu ibunya dirumah, dan ibunya yang harus menemuinya, bukan anak itu. Anak itu sangat tidak mendapatkan figur seorang ibu disetiap harinya. Anak itu hanya bisa menanti ibunya datang baru ia bisa bertemu. Yah, sudah bisa terbayangkan lah keadaan anak yang telah menjadi akibat dari keluarga yang bercerai. Untuk biaya sekolah ia terkadang bingung tatkala ayahnya tak memiliki uang dan sedang tak berkerja. Mau minta pada ibunya, ia tahu, pasti uang itu bukan berasal dari ibunya melainkan suami barunya.



Lanjut yah, anak yang selanjutnya, ia perempuan. Orang tuanya untuk saat ini masih lengkap. Namun ia tak pernah bisa mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Ia sering melihat orang tuanya berantem, hingga ayahnya memukuli ibunya tanpa belas kasian. Sampai-sampai pernah suatu ketika saat kejadian tersebut membuat warga, ketua RT, hingga kepolisian berdatangan. Dalam kondisi yang lain, ternyata anak ini tidak di akui oleh pihak keluarga sang ayah. Namun, ibunya juga tak menginginkan kehadiran anak tersebut. Lho kok bisa? entahlah.

Dalam ceritanya ternyata ayah dan ibunya hampir bercerai. Jika mereka bercerai, sang ayah tak mau membawanya karena memang tidak dianggap oleh keluarga ayahnya. Namun disisi lain, ibunya juga selalu mengusirnya dari rumah,  dan saat bercerai nanti ibunya tak mau menerimanya ikut bersamanya. Lalu ia akan ikut siapa? entahlah. Anak ini punya impian yang baik, mulia. Ia mengajukan satu pertanyaan yang membuat saya jadi terdiam dan berfikir panjang. Anda tahu yang ia tanya kan?.

"Apakah bisa impiannya terwujud sementara saya memiliki kondisi yang seperti ini, apakah nanti mimpi saya sebagai Bidan bisa tercapai?"

Ia selalu bahan pelampiasan atas kemarahan orang tuanya. Ia selalu menerima kekerasan fisik oleh ayah dan ibunya. Kebayangkan seperti apa keadaannya kini. Antara menerima hidup atau harus menggugat hidup. Kita memang hanya bisa menerimanya semua, kita tidak bisa memilih akan terlahir dari siapa dan dari orang tua yang seperti apa.

Anak yang selanjutnya ia sama, perempuan juga. Orang tuanya juga masih utuh, lalu apa masalahnya?. Permasalahannya adalah begini, setiap hari ia harus mengurus rumahnya sendiri. Pagi ia harus bangun pagi menyiapkan sarapan pagi sendiri untuk satu rumah. mencuci pakaian dan lain sebagainya. Jika ia tidak melksanakannya maka ia langsung saja dipukul orang tuanya dengan benda apapun yang ada di dekatnya. Pulang sekolah pun sama, ia harus melakukannya lagi. Sore hari sebelum orang tuanya pulang bekerja, maka ia harus sudah menyiapkan minuman secangkir teh atau kopi untuk ayahnya serta menyiapkan makan malam untuk satu keluarga.

Manakala orang tuanya pulang, ia belum menyiapkan apapun maka akan ada benda melayang di kepalanya. Malam, jika anak-anak lain bisa belajar, ia masih harus mengurus rumah sampai semua selesai baru ia bisa tidur. Lalu kapan ia belajar, kapan ia meluangkan waktu sejenak untuk sekedar bermain seperti anak-anak seusianya yang lain. Pernah pula suatu ketika ia dipaksa oleh orang tuanya untuk bekerja di "pasar malem" entah sekedar ikut jadi tukang parkir atau berjualan. Ia banyak dituntut oleh orang tuanya. Dalam hati kecil saya bertanya, orang tuanya ngapain saja yah kerjanya?.

Enak bener nih jadi orang tua, anak bak seolah budak, orang tuanya enak-enakan duduk manis. Kalau itu inisiatif anak sih bagus, tapi kalau itu paksaan orang tua yang berujung kekerasan fisik itu namanya diperbudak. Apalagi anak seusia segitu dipaksa bekerja malam hari yang paginya harus sekolah, dan pulang-pulang tinggal nyadong uang ke anaknya, enak bener yah jadi orang tua. Mungkin ini orang tua ala sinetron banget yah.

Suatu kelak nanti ia mengimpikan ingin jadi seorang guru. Buat saya itu impian yang mulia, saya doakan semoga ia kelak beneran terwujud impiannya menjadi guru. Supaya disuatu saat nanti ia bisa mengajarkan kepada siswanya tentang bagaimana cara mendidik dan menjadi orang tua yang baik.

Bersambung dulu teman-teman,,,,
Masih panjang lho cerita dari mereka, 

Komentar

  1. Apalah daya.. kalau kondisi orang tua seperti itu..
    Makanya penting banget buat belajar jadi orang tua yg baik.. jadi, gak melalaikan tugas orang tua, yg kudunya mendidik dengan baik. Bukan malah nyiksa fisik, mental anak.. karena itu bakal berefek ke depannya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. yah terkadang memang seperti itu, tapi kenapa yah di skolah sekarang semua guru BK berubah tugas jadi Guru tukang Poin dan tukang razia siswa? Lalu dimana peran mereka sebagai tempat bimbingan konseling bagi siswanya?

      Hapus

Posting Komentar

Komentar :

Postingan populer dari blog ini

Hanya Konsep dari Impian

Hai sahabat semua, kurasa telah lama tak menyapa. Lewat kesempatan di saat ini, tanpa mengurangi rasa hormat, saya memohon doa dari sahabat semua. Semoga konsep yang saya miliki dapat terwujud dengan baik. Sehingga nantinya dapat digunakan oleh siapapun, khususnya di negara kita tercinta. Kita tahu negara kita berada pada wilayah rawan bencana, khususnya gempa. Padahal kita tahu saat ini perkembangan konsep rumah mewah dari kaca kian menjadi primadona bagi banyak orang. Namun jika kita bayangkan bahayanya saat terjadi getaran dan guncangan gempa, tentunya bahan kaca dapat membahayakan penghuninya. Oleh karena itu, saya mencoba membuat inovasi pada sebuah kaca. Konsep yang saya kembangkan adalah "Jelly Glass Technology". Konsep tersebut mengubah sifat kaca yang kaku dan mudah pecah, kini di ubah menjadi kuat dan lentur. Kuat merupakan sifat yang biasa pada kaca, namun jika lentur menurut saya sifat yang luar biasa. Kaca akan menjadi lentur hanya jika terkena tek

Perjalanan Panjangku

Inilah perjalananku, Perjalanan panjang dari sewaktu ku lahir hingga saat kini ku dewasa, Just for You,,

Pramuka Tak Bermutu

DILARANG KOMENTAR SEBELUM ANDA MEMBACA SAMPAI HABIS!!! Tulisan ini bukan untuk menggurui, tapi mengingatkan. Bukan untuk memusuhi, tapi karena peduli. *** Bising celoteh para emak-emak tetangga sembari menonton lomba agustusan. Tetiba terdengar samar-samar menyebut namaku dan akhirnya memanggilku juga. Tentunya bukan untuk bertanya soal pernikahan atau malah menjodohkan dengan anaknya, ah sabodo teuying. "Mas, jenengan kan orang Pramuka yah, mbok yao kalau ngasih tugas anak-anak jangan susah-susah. Sulit cari barangnya, cari kesana kemari bolak-balik" Wadaw... Ada apaan lagi nih? Kok jadi aku yang kena damprat sama emak-emak. Lalu ku tanya dulu nih kronologinya, apa permasalahannya, dan tentu perlu tahu apakah aku benar terlibat di dalamnya atau tidak. TERNYATA? Emak-emak ini akhirnya menceritakan keluh kesahnya tentang apa yang terjadi pada anaknya. Anaknya ini merupakan siswa baru di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan di Cilacap  dan saya tidak ada urusa