Langsung ke konten utama

Dunia Milik Pribadi, yang Lain Ngontrak



Tembok yang berlapiskan dengan sebuah kesombongan akan hancur dalam sekejap. Hancur hanya dengan tersentuh oleh sebuah kesederhanaan belaka.

Tembok yang berdiri kokoh, yang menjadi tameng bagi para pengecut untuk bersembunyi di balik sebuah kesombongan. Padahal mereka tak mengerti akan hidup, tapi mereka berteriak seakan raja dari kehidupan. Mereka mengaum tentang semangat, padahal mereka hanya memanfaatkan orang lain demi aumannya.

Sungguh dunia ini gila. Seakan banyak orang yang tak tau arah hidup dan tak mengerti ia akan kemana. Namun disisi lain, banyak juga orang yang begitu yakin akan jalan yang ia tempuh, walau harus mengorbankan banyak orang lain.

Begitu semangat saat mengelu - elukan dirinya nomor satu, hingga ia tak mau melihat tatkala sebernarnya orang lainlah yang menang. Tak mau melihat kebenaran hanya untuk mempertahankan reputasinya belaka.

Dalam hidupnya ia hanya peduli dengan reputasi. Siapapun yang menjadi penghambatnya, ia adili. Seakan - akan dunia ini milik pribadi. Tak boleh ada siapapun yang mengganti posisinya yang tinggi. Sungguh besar dan tebalnya tembok kesombongan yang bertendeng di dadanya menjadi perisai dirinya dari sebuah kebenaran.

Sejauh dan sebesar apapun kesombongan itu melangkah, ia tetap akan roboh oleh sebuah kebenaran dan kesederhanaan. 

Komentar

  1. Semua orang kek gitu semua brayy.. Naluri insting feeling manusia satu sama lainnya sama

    BalasHapus

Posting Komentar

Komentar :

Postingan populer dari blog ini

Gadis Bercadar

Matanya yang menatap dengan penuh pesona. Jilbabnya yang terjurai lebar hingga lengannya. Halus lembut bisik suaranya. Semua seakan membuat detakan dada yang mendesir. Ingin rasanya berbicara banyak dengannya, tapi malu rasanya diri ini tuk menyapanya. Namun hingga kini ku tak pernah melihat wajah utuhnya. Wajah indah yang mungkin melekat pada dirinya, ku tak pernah sekalipun menatapnya. Hingga kini ku hanya mampu melihatnya sebatas mata indahnya dan pelipisnya yang hitam merona. Semua itu karena ia adalah gadis bercadar. Bukan bercadarkan jilbabnya, namun bercadarkan balutan masker birunya.

Dari Balik Jeruji Besi

Menelusuri lorong-lorong penuh ketegangan yang menyelimuti. Penuh dengan tatapan tajam dan penuh harap. Wajah garang senantiasa mewarnai setiap sudut. Tegap, kekar, dan seolah diri ini mangsa yang siap untuk diterkam. Inilah hidup dari balik jeruji besi. Kehidupan nyata bagi  seorang narapidana. Menurut kita jeruji besi seolah adalah sebuah tempat untuk menebus setiap kesalahan yang telah diperbuatnya. Namun tatkala orang yang mendekam didalamnya adalah orang yang harus menanggung kesalahan yang telah diperbuat orang lain, apakah ini masih dapat dikatakan jeruji besi. Mungkin apa yang kita presepsikan selama ini tentang penjara tidaklah 100% benar. Melainkan sebenarnya ada sisi lain dari apa yang disebut dengan penjara. Beberapa hari saya bertugas di tempat ini, berjalan di lorong ini, sungguh terasa inilah saatnya saya banyak belajar, sekolah, atau merenungi tentang hidup dari balik tempat ini. Ketakutanku saat awal mendengar kata Lapas, seolah begitu menguji adrenal...

Sorry , Today I Win

Tidak selamanya mereka yang mengatakan pandai, mahir, dan mampu itu memang sama dengan apa yang ia katakan. Namun belum tentu yang ia katakan sesuai fakta. Pelajaran bagi semua dan khususnya untuk driku. Tak perlu sombong dan mengatasnamakan orang yang paling pandai. Namun buktikan dulu kemampuannya. Tak perlu banyak cakap yang terpenting adalah actionnya. Hari ini, ma'af, ku ingin katakan untuk yang ada disana, sorry , today I win