Tembok yang berlapiskan dengan sebuah kesombongan akan hancur dalam sekejap. Hancur hanya dengan tersentuh oleh sebuah kesederhanaan belaka.
Tembok yang berdiri kokoh, yang menjadi tameng bagi para pengecut untuk bersembunyi di balik sebuah kesombongan. Padahal mereka tak mengerti akan hidup, tapi mereka berteriak seakan raja dari kehidupan. Mereka mengaum tentang semangat, padahal mereka hanya memanfaatkan orang lain demi aumannya.
Sungguh dunia ini gila. Seakan banyak orang yang tak tau arah hidup dan tak mengerti ia akan kemana. Namun disisi lain, banyak juga orang yang begitu yakin akan jalan yang ia tempuh, walau harus mengorbankan banyak orang lain.
Begitu semangat saat mengelu - elukan dirinya nomor satu, hingga ia tak mau melihat tatkala sebernarnya orang lainlah yang menang. Tak mau melihat kebenaran hanya untuk mempertahankan reputasinya belaka.
Dalam hidupnya ia hanya peduli dengan reputasi. Siapapun yang menjadi penghambatnya, ia adili. Seakan - akan dunia ini milik pribadi. Tak boleh ada siapapun yang mengganti posisinya yang tinggi. Sungguh besar dan tebalnya tembok kesombongan yang bertendeng di dadanya menjadi perisai dirinya dari sebuah kebenaran.
Sejauh dan sebesar apapun kesombongan itu melangkah, ia tetap akan roboh oleh sebuah kebenaran dan kesederhanaan.
Semua orang kek gitu semua brayy.. Naluri insting feeling manusia satu sama lainnya sama
BalasHapus