Langsung ke konten utama

PNS itu Impian, ILMUAN itu Mimpi



Indonesia sebenarnya negara besar. Negara yang memiliki sejuta kapasitas dan sejuta kekayaan alam. Namun, entah apa yang membuat negeri ini selalu terbelakang. Sudah tentu semua orang pasti ingin negeranya maju, namun kini mereka hanya mau menjadi penonton masa depan. Hanya mau mengkritisi tanpa mau bertindak. Hanya ingin maju namun tidak mau bertindak, hanya dengan mudah mengolok - olok orang lain saja. Masyarakat sekarang memang aneh. Maunya gaji besar tapi tak mau bekerja keras.

Jika kita berbicara tentang kemajuan bangsa, maka tak mungkin kita tidak berbicara tentang SDM. Suatu bangsa yang maju, pasti punya SDM yang maju pula. Sampai kapanpun negeri ini tak akan maju, jika SDM yang ada memiliki pola pikir yang salah. Pola pikir yang ada di Indonesia saat ini, ma'af saya katakan pola pikir para SDM bermental "KULI". Bagaimana tidak, kita lihat saja perbedaan jauh yang terlihat saat ini. Sebuah pola berfikir yang salah terjadi dimana - mana, dan hal ini dianggap hal yang lumrah.

Namun sebenarnya hal ini merupakan hal pokok yang harus dibenahi. Contoh hal kecil saja, banyak orang yang lebih memimpikan kerja merantau ke luar negeri dengan alasan gaji besar. Bahkan yang lebih parah lagi, mimpi kebanyakan orang saat ini berujung pada satu titik, PNS. Dalam benakku ini sungguh memprihatinkan. Hal ini sungguh berbeda dengan pola pikir masyarakat di negara lain yang sudah maju.

Saya aneh berada di negara ini. Saat saya punya mimpi seperti orang - orang di kebanyakan negara maju, malah dikucilkan dan dianggap orang bodoh yang tak memiliki pemikiran bagus. Sebenarnya mimpi bagi saya itu penting. Karena dengan mimpi kita dapat melangkah dengan arah yang pasti. Jika kita tak punya mimpi, kita hanya berkata "hidup itu ngalir saja, ikuti arus yang ada". Memang jawaban itu tak salah. Namun coba bayangkan jika kita berada di sungai, dan kita mengalir ikuti arus . Lalu kita tak mau malakukan apapun. Maka kita pada akhirnya akan tenggelam dalam lautan lepas yang merupakan akhir dari arus sungai.

Pernah saya sejenak dicemooh salah seorang yang bekerja sebagai PNS. Saat itu saya tengah mencoba menciptakan sesuatu alat dan melakukan riset untuk alat tersebut. Tiba - tiba saja orang itu langsung berkata, " Eh jo, kamu ni bakal jadi apaan hidup kaya gini? jadi PNS saja,enak hidupe". Lalu ku tersenyum dan ia terus ngomel dan bujuk saya tuk jadi PNS seperti dia. " Jo, kamu ga sah mimpi jadi Ilmuan. Bakal jadi apa ntar anak cucu mu nanti? di Negeri ini, orang kayak kamu tuh ga kepake, yang kepake tuh orang kaya ane, PNS. Kalo mimpi ga sah tinggi - tinggi jo..".

Memang omongannya sedikit membuat saya emosi. Namun ku tetap tenang dan mencoba menjawabnya, "eh mas, kamu PNS nyogok ga tuh?". Lalu orang itu jawab " ya gak lah. Masa ane nyogok sih? duit dari mana? orang tua ane saja cuman tukang becak,". Lalu saat dia melontarkan jawaban itu saya potong, dan saya pun semangat menjawabnya. " Nah, bagus tuh bang. Tukang becak saja anaknya jadi PNS, nah kalo ente jadi PNS, ada kemungkinan ga anak ente kelak nanti jadi tukang becak?. Kalo saya sih ogah, saya takut ntar anak ane jadi tukang becak". Lalu orang itu pergi dan diam hanya setelah kata terakhirnya, "dasar sinting. Emang susah ngomong ama ente".

Yah, sampai sekarang ku sendiri tak mengerti akan apa yang terjadi di negeri ini. Beberapa kali saya mencoba menciptakan beberapa karya ilmiah yang setidaknya hal ini mampu digunakan untuk mendorong kualitas di negra ini. Namun faktanya temuan saya hanya dianggap hal biasa saja dan saya hanya dianggap sebagai orang bodoh yang kurang kerjaan. Akan tetapi di negara lain, temuan dari inovasi saya kini dipakai di beberapa negara. Dan ternyata prototype saya disenangi beberapa negara. Kini telah 3 negara yang melakukan riset ulang dan mencoba inovasi saya.

Disinilah letak ketidakadilan bagi saya. Anak bangsa sendiri dibuang begitu saja, padahal ia ingin memperjuangkan dan memajukan negarannya sendiri. Namun apalah daya, semua telah menjadi angan - angan belaka. Banyak ilmuan Indonesia yang tak kembali ke negara ini, bukan karena mereka tak mau kenal lagi dengan bangsa ini, namun karena mereka takut akan sesuatu hal. Jika mereka ada di negara ini, maka seluruh rakyat tidak akan pernah mencicipi manfaat dari temuan mereka.

Melalui tulisan ini saya berpesan kepada seluruh orang yang nantinya menjadi orang tua, dan orang yang nantinya punya anak. Didiklah anak sebaik mungkin, ajarkan kepada mereka akan mimpi yang baik. Bukan sekedar mimpi, namun mimpi yang mampu membuat negeri ini menjadi negara yang besar. Sebuah mimpi yang mampu mendongkrak kualitas ekonomi dan SDM di negara kita. Jangan ajarkan kepada anak cucu kita nanti untuk memiliki mental "KULI", namun ajarkan kepada tentang mental orang terhormat, mental orang yang mampu membuat negara kita dihormati. Bukan mental orang yang sok ingin di hormati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gadis Bercadar

Matanya yang menatap dengan penuh pesona. Jilbabnya yang terjurai lebar hingga lengannya. Halus lembut bisik suaranya. Semua seakan membuat detakan dada yang mendesir. Ingin rasanya berbicara banyak dengannya, tapi malu rasanya diri ini tuk menyapanya. Namun hingga kini ku tak pernah melihat wajah utuhnya. Wajah indah yang mungkin melekat pada dirinya, ku tak pernah sekalipun menatapnya. Hingga kini ku hanya mampu melihatnya sebatas mata indahnya dan pelipisnya yang hitam merona. Semua itu karena ia adalah gadis bercadar. Bukan bercadarkan jilbabnya, namun bercadarkan balutan masker birunya.

Dari Balik Jeruji Besi

Menelusuri lorong-lorong penuh ketegangan yang menyelimuti. Penuh dengan tatapan tajam dan penuh harap. Wajah garang senantiasa mewarnai setiap sudut. Tegap, kekar, dan seolah diri ini mangsa yang siap untuk diterkam. Inilah hidup dari balik jeruji besi. Kehidupan nyata bagi  seorang narapidana. Menurut kita jeruji besi seolah adalah sebuah tempat untuk menebus setiap kesalahan yang telah diperbuatnya. Namun tatkala orang yang mendekam didalamnya adalah orang yang harus menanggung kesalahan yang telah diperbuat orang lain, apakah ini masih dapat dikatakan jeruji besi. Mungkin apa yang kita presepsikan selama ini tentang penjara tidaklah 100% benar. Melainkan sebenarnya ada sisi lain dari apa yang disebut dengan penjara. Beberapa hari saya bertugas di tempat ini, berjalan di lorong ini, sungguh terasa inilah saatnya saya banyak belajar, sekolah, atau merenungi tentang hidup dari balik tempat ini. Ketakutanku saat awal mendengar kata Lapas, seolah begitu menguji adrenal...

Sorry , Today I Win

Tidak selamanya mereka yang mengatakan pandai, mahir, dan mampu itu memang sama dengan apa yang ia katakan. Namun belum tentu yang ia katakan sesuai fakta. Pelajaran bagi semua dan khususnya untuk driku. Tak perlu sombong dan mengatasnamakan orang yang paling pandai. Namun buktikan dulu kemampuannya. Tak perlu banyak cakap yang terpenting adalah actionnya. Hari ini, ma'af, ku ingin katakan untuk yang ada disana, sorry , today I win